Daun terakhir jatuh dari dahan. Ia mesti menguning karena
hampir mati. Ia daun yang terakhir bertahan diantara kepedihan-kepedihan
sesama. Ia diam diantara rekam jejak, rekam laku manusia-manusia.
Sementara angin, berhembus meniup dedaunan itu. menghamburkan,
mengumpulkannya. Untuk kemudian ia menjadi entah kemana. Ada apa dengan angin
yang tak terlihat oleh mata? Bahwa ia menggetarkan perasaannya diantara
rasa-rasa manusia.
Duduk diantaranya, sepasang mata yang mengintai toko sepi di
ujung trotoar. Matanya tajam menuju makanan dibalik kaca. Duduknya menyamping
sehingga cahaya matahari mengenai belakang batok kepala. Kakinya perlahan
mengeritik tanah.
ada apa dengan kita? manusia-manusia yang acuh dengan semua
ini...dan lainnya yang tak terhingga...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar