Saat itu banjarmasin sama seperti hari-hari biasanya.
Lingkungan sekitar kampus juga tak banyak berubah. Namun, di satu ruang,
sekelompok mahasiswa berikrar untukmenghimpunkan lembaga yang diwakilinya dalam
sebuah wadah, yang kemudian kita kenal dengan perhimpunan pers mahasiswa
indonesia dewan kota banjarmasin.
Entah ada kepentingan apa yang mendasari mereka ini hingga
kemudian mau berhimpun. Padahal, mengurus LPM mereka sendiri pun belum tentu
maksimal. Apalagi, ini adalah ikrar yang mesti diteruskan kemudian yang mewujud
dalam bentuk struktur keorganisasian.Dan juga, ada semacam beban jangka panjang
yang diwariskan oleh mereka-mereka ini kepada generasi penerusnya di LPM
masing-masing. Pertanyaan seperti ini penting kita ketengahkan kembali disaat
virus individualistis justru merebak di kalangan organisasi-organisasi
kemahasiswaan. Kita perlu mengenal siapa kita.
Dari rekam jejak terbentunya wadah ini mengisyaratkan
sekaligus mensyaratkan beberapa hal. Ini wadah mengisyaratkan bahwa nyatanya
Lembaga Pers Mahasiswa yang dimana kesehariannya berkutat di aktivitas baca,
diskusi, reportase,serta menulis ini rapuh untuk terus berdiri sendiri, tanpa
teman. Kita perlu teman sesama kita. inilah kenapa kemudian, saya percaya
dengan apa yang pernah saya dengar dari kawan PPMI Jogja bahwa “aku, kamu
menjadi kita dalam PPMI”. Bukannya apa-apa, bukankah kita sendiri yang
bersepakat dahulu? Untuk itulah kemudian, saya kamu merasa memiliki dengan PPMI
kita, terlepas dari LPM apapun ia berasal.
Kesepahaman ini juga merujuk pada kepentingan untuk
membentuk sebuah wadah yang independen. Yang independen dan mandiri itu tentu
mesti berasal dari kita sendiri, dari kesepahaman diantara sesama kita. watak
independensi bisa dikatakan sebagai poros pergerakan agar ia tidak melenceng
dari jalur kesepakatan kita. Akan sangat tidak sehat jika kemudian, wadah ini
dikotori oleh intervensi kapitalisme media.
Awalnya memang ini terasa heroik dan mengharukan kemudian
harinya.
Kau tau kenapa bisa ada kerinduan? kerinduan itu ada karena
kenangan dan harapan. Kenangan berarti masa lalu, sedangkan harapan bermakna
masa depan. Ada sebentuk keinginan untuk mengulang, memperbaiki keadaan dulu,
inilah kerinduan. Ada sebentuk ingatan yang mewujud melalui keresahan-keresahan
di masa kini yang datang terlambat. Mungkin saja, pendahulu kita di LPM sudah
mencoba menjalin hubungan namun kemudian menghilang dan lalu sejarah putus.
Selalu saja ada yang tak tuntas diperbincangkan karena masa selalu menuntut
kita untuk berganti. Bukan saya bermaksud untuk membawa catatan ini kepada
penyesalan-penyesalan karena keterlambatan kita. anggaplah ini pengingat, bahwa
diantara masa lalu dan masa mendatang, ada masa kini. Artinya, romantisisme
paling nyata saat ini adalah realisasi keinginan kita bersama menuju satu hal,
masa ini.
Tentu kita tidak mau selalu berkutat di wilayah ini kan?
Sementara realitas selalu saja berubah dan menuntut kita untuk melakukan
penyesuaian terhadapnya. Kita bebas memaknai ini tulisan sebagai apapun. Karena
inilah sedikit refleksi atas segala pertemuan kemarin, yang selalu menghadirkan
kejutan di tiap pekannya.
Salam persma ...
orang2 yg berada dlm keresahan akan kemanusiaan haruslah bersatu agar kita tetap kuat dan salaing menyemangati......
BalasHapus